Translate

Copyright © 2014 News Magazine Theme. Designed by Ang Li-JASON. Powered by Blogger.
Home » » Fleshgod Apocalypse - King (2016) Review

Fleshgod Apocalypse - King (2016) Review

Respon Pendengar: Ini "Masih" Terlau Gila!

Saat komposer musik klasik termasyhur seperti Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven melebur menjadi satu suara dengan band death metal ekstrim seperti Morbid Angel, Deicide, Cannibal Corpse, Carcass, dan At the Gates. Mereka semua menyatu ke dalam satu tubuh, satu kesatuan, ke dalam band bernama Fleshgod Apocalypse.

FLESHGOD APOCALYPSE Super Human Drumming - Recording 'KING' - Episode #1  - Franseco Paoli (OFFICIAL TRAILER). Img Source: Nuclearblast.

Layaknya menunggu tokoh antagonis untuk masuk palagan perang demi menebar badai, mungkin seperti itulah gambaran antusiasme penggemar Fleshgod Apocalypse untuk album King. Album baru dari band "gila" yang saat ini diklaim menjadi penguasa jagad death metal Italia ini dinilai lebih tekhnikal dibanding album mereka yang sebelumnya. Fusi unik dari musik simfoni klasik era Rennaisance yang sepenuhnya operatik dipadukan death metal yang powerful, agresif dan progresif telah mengukuhkan kejeniusan Fleshgod Apocalypse dalam bermusik. Kinerja serta upaya luar biasa yang mereka torehkan untuk menerjang garis pembatas dalam musik tentunya selalu ingin bisa dirasakan penggemar mereka, khususnya pada album ini.

Album King yang rilis via lebel Nuclear Blast Records pada 5 Februari lalu ini berisikan 2 CD dengan trek kesuluruhan berjumlah 22 lagu. Kesetiap permainan dari variasi instrumen yang ada memiliki ruang untuk bernafas, sehingga elemen suara orkestra yang dihasilkan pun sangat kaya. Dan yang paling menjadi daya tarik adalah gebukan drum Franseco Paoli dengan double bass dan blast beat groove ekstrim-nya yang super cepat. Ragam melodi piano klasikal yang dikomposeri oleh Fransesco Ferrini juga tetap menciptakan ruang bagi sang gitaris Tommaso Ricardi dan Cristiano Trionfera untuk memecah riff-riff yang ganas.

Salah satu hal yang menempatkan Fleshgod Apocalypse pada jajaran band death metal top adalah keberhasilan mereka dalam menyelaraskan gitar dan orkestra menjadi padu dan saling menyeimbangkan. Pada dasarnya musik klasik dan death metal adalah sesuatu yang kontras dan nyaris mustahil untuk disatukan dalam satu harmoni musik. Namun band asal Italia ini telah melenyapkan sejengkal keraguan untuk menerobos batas demi menuju level atas.

Vokalis sekaligus frontman mereka, Tommaso Ricardi, menyatakan jika King adalah sebuah album konsep. Ia mendeskripsikan cerita dibalik kesatuan liriknya sebagai "sebuah dunia tua yang perlahan menuju kepada kesudahan. Dan nihilisme yang kaitanya dengan perasaaan sentimental secara pasti disuguhkan lewat album ini:"sebagaimana album King yang melankolia, kelam, dan sensasinya yang jahat."

Sebagai tambahan, pada bagian art cover album King didesain oleh seorang seniman kontemporer bernama Eliran Kantor. Jasanya juga pernah digunakan oleh band besar seperti Testament, Iced Earth, Kataklysm, dan Hatebreed. Ia merepresentasikan konsep gambar covernya sebagai "Pendirian terakhir akan sebuah integritas dan keadilan di sebuah kastil yang diduduki pendurka, penjahat, perusak, parasit, dan pelacur". Ia juga menegaskan jika background dari karyanya adalah sebuah monarki pada era abad pertengahan. Adapun pesan yang ingin diutarakan cover art-nya dalam relasinya terhadap album King adalah "kita harus merasakan pentingnya kegusaran akan hilangnya nilai moral yang tiada akhir, terhinanya kaum medioker dan takhayul yang diperjual-belikan."

Dalam proses penggarapan sekaligus rekaman album King, Fleshgod Apocalypse mengambil tempat di Cellar Studio, Roma, Italia. Sedangkan untuk penyempurnaan dan masteriasasinya digarap oleh Jens Bogren di Fascination Street Studio, Swedia.

Album Art Cover by a Contemporary Artist Eliran Kantor. Img Source: Metalsucks

Ulasan Singkat Beberapa Trek Pada Album King

Fleshgod Apocalypse lewat album King telah menyuguhkan sebuah tekhnik penulisan lagu asimetris, yang mana dapat dirasakan lewat lagu kedua setelah intro yang berjudul "In Aeternum". Beberapa lagunya memiliki struktur format yang mudah dikenali, tersusun dari sajak - Pre-chorus - chorus - bridge - dan collision. Dengan gaya permainanya yang "ugal-ugalan", mereka tetap mencoba untuk tidak menyimpang jauh dari fondasi musik yang universal.

Dengan penambahan suara perkusi layaknya lagu marching band gaya militer tradisional—lewat pukulan drum cepat dan horn blasts pada bagian simfoninya—dibagian inilah Fleshgod Apocalypse menepati janjinya yang hendak mengkaryakan sebuah musik yang terasa dahsyat kepada penggemar setia mereka.

Lagu selanjutnya adalah "The Fool", yang menjadi lagu terbaik dalam album King menurut jejak pendapat di forum-forum diskusi musik metal. Sebelum diperdengarkan kebrutalan yang dinamis, pendengar terlebih dahulu dimanjakan dengan intro suara harpsichord klasik.

Setelah dua lagu yang menggebrak lalu dilanjutkan dengan lagu yang beratmosfir tenang dan pelan berjudul "Paramour (Die Leidenschaft Bringht Leiden)". Lagu ini merupakan opera yang didominasi vokalis solo dengan beberapa permainan kecil instrumen piano. Veronica Bordacchini masih menjadi female singer & backing vocal untuk berpartisipasi secara keseluruhan dalam proses rekaman, maupun saat live perform. 


Lewat beberapa trek tersebut, bisa dikatakan jika Fleshgod Apocalypse masih berambisi besar dalam berkarya secara konsisten dan repetitif. Album full-length mereka yang ke-4 ini sekiranya menjadi sebuah evolusi natural  di tahun 2016. Mereka lebih memfokuskan pada kedalaman peleburan genre dengan sentuhan sinematik, sebagaimana yang diungkapkan gitaris mereka, Tommaso Ricardi. Hal tersebut menjadikan mereka mendulang inspirasi lebih dari ragam instrumen orkestral yang hendak dibawakan. Seniman yang tidak takut untuk memposisikan diri sebagai pembeda akan bisa mengkreasikan sesuatu yang luar biasa, walau kadang sebagian orang memandangnya sebagai sesuatu yang gila.

Bagi kita kebanyakan tanpa memandang apa genre musiknya, tentunya sulit membayangkan bagaimana mungkin musik klasik dan musik ekstrim bisa dipadukan. Bagaimana cara kita menikmatinya?, memejamkan mata dengan tubuh rileks layaknya mendengar musik klasik, atau headbanging dengan brutal gaya khas death metal?. Baiklah, apapun jawabanya benar selagi itu ideal dan bermanfaat bagi anda. Jangan lupa untuk berusaha membeli album yang original demi menghargai penciptanya. (Ang Li)



Sumber:
www.blabbermouth.net/news/fleshgod-apocalypse-king-album-artwork-unveiled/
http://www.nocleansinging.com/2016/01/18/fleshgod-apocalypse-king/
http://www.metalsucks.net/2016/02/04/album-review-fleshgod-apocalypses-king/
Nuclearblast.de
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment